Riwayat Singkat Nabi Muhammad saw

Nama lengkap beliau: Muḥammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim, lahir di Mekkah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal (Mulud) tahun Gajah , atau bertepatan dengan tanggal 20 April 570 Masehi...

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 30 November 2015

Habib Al Azami - Si Lintah Darat Yang Bertaubat

Kali ini KisahTeladan.web.id akan membawakan kisah seorang Wali Allah, Habib Al- Azami, yang dikutip dari Kitab Tadzkirotul Auliya (Warisan Para Auliya) Karya Fariduddin Attar. Beliau (Habib) awal mulanya adalah seorang berkebangsaan Persia yang berprofesi sebagai lintah darat. Kisah pertobatannya sungguh mengharukan dan mengiris hati siapa saja yang membacanya dengan hati yang terbuka. Ini membuktikan bahwa sebesar apapun dosa seorang hamba, Keampunan Tuhan jauh melebihinya. Allah sangat mencintai hamba-Nya yang bertaubat, tidak memandang apapun profesi sebelumnya. Mari kita simak bersama-sama kisahnya....


KISAH HABIB SI ORANG PARSI

Semula Habib adalah seorang yang kaya raya dan suka membanggakan uang. Ia tinggal di kota Bashrah, dan setiap hari berkeliling kota untuk menagih piutang-piutangnya. Jika tidak memperoleh angsuran dari langganannya, maka ia akan menuntut uang ganti rugi dengan dalih alas sepatunya yang menjadi aus di perjalanan. Dengan cara seperti inilah Habib menutupi biaya hidupnya sehari-hari.
Pada suatu hari Habib pergi ke rumah seorang yang berhutang kepadanya. Namun yang hendak ditemuinya sedang tak ada di rumah. Maka Habib meminta ganti rugi kepada isteri orang tersebut.
“Suamiku tak ada di rumah,” isteri orang yang berhutang itu berkata kepadanya, “aku tak mempunyai sesuatu pun untuk diberikan kepadamu tetapi kami ada menyembelih seekor domba dan lehernya masih tersisa, jika engkau suka akan kuberikan kepada mu.”
“Bolehlah!” si lintah darat menjawab. Ia berpikir bahwa setidaknya ia dapat mengambil leher domba tersebut dan membawanya pulang. “Masaklah!.”
“Aku tak mempunyai roti dan minyak,” si wanita menjawab.
“Baiklah,” si lintah darat menjawab, “aku akan mengambil minyak dan roti, tapi untuk semua itu engkau harus membayar ganti rugi pula.” Lalu ia pun pergi untuk mengambil minyak dan roti.
Kemudian si wanita segera memasaknya di dalam belanga. Setelah masak dan hendak dituangkan ke dalam mangkuk, seorang pengemis datang mengetuk pintu.
“Jika yang kammi miliki kami berikan kepadamu,” Habib mendamprat si pengemis, “engkau tidak akan menjadi kaya, tetapi kami sendiri akan menjadi miskin.”
Si pengemis yang kecewa memohon kepda si wanita agar ia sudi memberikan sekedar makanan kepadanya. Si wanita segera membuka tutup belanga, ternyata semua isinya telah berubah menjadi darah hitam. Melihat ini, wajhnya menjadi pusat pasi. Segera ia mendapatkan Habib dan menarik lengannya untuk memperlihatkan isi belanga itu kepadanya.
“Saksikanlah apa yang telah menimpa diri kita karena ribamu yang terkutuk dan hardikanmu kepada si pengemis!.” Si wanita menangis. “Apakah yang akan terjadi atas diri kita di atas dunia ini? Apa pula di akhirat nanti.”
Melhat kejadian ini dada Habib terbakar oleh api penyesalan. Penyesalan yang tidak akan pernah mereda seumur hidupnya.
Wahai wanita! Aku menyesalkan segala perbuatan yang telah ku lakukan.
Keesokan harinnya Habib berangkat pula untuk menemui orang-orang yang berhutang kepadanya. Kebetulan sekali hari itu adalah hari jum’at dan anak-anak bermain di jalanan. Ketika melihat Habib, mereka berteriak-teriak : “Lihat, Habib lintah darat sedang menuju ke sini, ayo kita lari, kalau tidak niscaya debu-edbu tubuhnya akan menempel di tubuh kita dan kita akan terkutuk pula seperti dia!”
Seruan-seruan ini sangat melukai hati Habib. Kemudian ia pergi ke gedung pertemuan dan di sana terdengarlah olehnya ucapan-ucapan itu bagaikan menusuk-nusuk jantungnya sehingga akhirnya ia jatuh terkulai.
Habib bertaubat kepada Allah dari segala perbuatan yang telah dilakukannya, setelah menyadari apa sebenarnya yang terjadi, Hasan al-Bashri datang ...
 ( ...... maaf ada bagian yang terlewat  sedikit karena ada kerusakan tulisan, di lain waktu akan kami lengkapi
"...Di waktu yang sudah-sudah engkaulah yang menghindar dariku, tetapi sejak saat ini akulah yang harus menghindar darimu.”
Habib meneruskan perjalanannya, anak-anak masih juga bermain-main di jalan. Melihat Habib, mereka segera berteriak “Lihat Habib yang telah bertaubat sedang menuju ke mari. Ayolah kita lari! Jika tidak, niscaya debu-debu di tubuh kita akan menempel di tubuhnya sedangkan kita adalah orang-orang yang telah berdosa kepada Allah.”
“Ya Allah ya Tuhan ku!,” seru Habib. “Baru saja aku membuat perdamaian dengan-Mu, dan Engkau telah menabuh genderang-genderang di dalam hati manusia untuk diriku dan telah mengumandangkan namaku di dalam keharuman.”
Kemudian Habib membuat sebuah pengumuman yang berbunyi : “Kepada siapa saja yang menginginkan harta benda milik Habib, datanglah dan ambillah!.”
Orang-orang datang berbondong-bondong, Habib memberikan segala harta kekayaannya kepada mereka dan akhirnya ia tak mempunyai sesuatu pun juga. Namun masih ada seseorang yang datang untuk meminta, kepada orang ini Habib memberikan cadar isterinya sendiri. Kemudian datang pula seorang lagi dan kepadanya Habib memberikan pakaian yang sedang dikenakannya, sehingga tubuhnya terbuka. Dan ia lalu pergi menyepi ke sebuah pertapaan di pinggir sungai Euphrat, dan di sana ia membaktikan diri untuk beribadah kepada Allah. Siang malam ia belajar di bawah  bimbingan Hasan namun betapa pun juga ia tidak dapat menghafal al-Quran, dan karena itulah ia dijuluki ‘Ajami si orang Barbar'.
Waktu berlalu, Habib sudah benar-benar dalam keadaan papa, tetapi isterinya masih tetap menuntut biaya rumah tangga kepadanya. Maka pergilah Habib meninggalkan rumahnya menuju tempat pertapaan untuk melakukan kebaktiannya kepada Allah dan apabila malam tiba barulah ia pulang.
“Di mana sebenarnya engkau bekerja sehingga tak ada sesuatu pun yang engkau bawa pulang?“, Isterinya mendesak.
“Aku bekerja pada seseorang yang sangat Pemurah,” jawab Habib. “Sedemikian Pemurahnya Ia sehingga aku malu meminta sesuatu kepada-Nya,  apabila saatnya nanti pasti ia akan memberi, karena seperti apa katanya sendiri : “Sepuluh hari sekali aku akan mambayar upahmu”.
Demikianlah setiap hari Habib pergi ke pertapaannya untuk beribadah kepada Allah. Pada waktu shalat Zhuhur di hari yang ke sepuluh, sebuah pikiran mengusik batinnya. “Apakah yang akan ku bawa pulang malam nanti? Apakah yang harus ku katakan kepada isteriku?”
Lama ia termenung di dalam perenungannya  itu. Tanpa sepengetahuannya Allah Yang Maha Besar telah mengutus pesuruh-pesuruh-Nya (bisa jadi malaikat/jin Islam/rizalul ghoib yang menyerupai manusia-pen) ke rumah Habib. Yang seorang membawakan gandum se pemikul keledai, yang lain membawa seekor domba yang telah dikuliti, dan yang terakhir membawa minyak madu, rempah-rempah dan bumbu-bumbu. Semua itu mereka pikul disertai seorang pemuda gagah yang membawa sebuah kantong berisi 300 dirham perak. Sesampainya di rumah Habib, si pemuda mengetuk pintu.
"Apakah maksud kalian datang ke mari?” tanya istri Habib setelah membukakan pintu.
“Majikan kami telah menyuruh kami untuk mengantarkan barang-barang ini,” pemuda gagah itu menjawab, “Sampaikanlah kepada Habib : “Bila engkau melipat gandakan jerih payahmu maka Kami akan melipatgandakan upahmu”. Setelah berkata demikian mereka berlalu.
Setelah matahari terbenam Habib berjalan pulang, ia merasa malu dan sedih. Ketika hampir sampai ke rumah, terciumlah olehnya bau roti dan msakan-masakan. Dengan berlari isterinya datang menyambut, menghapus keringat di wajahnya dan bersikap lembut kepadanya, sesuatu yang tak pernah dilakukannya di waktu yang sudah-sudah.
“Wahai suamiku,” si istri berkata, “Majikanmu adalah seorang yang sangat baik dan pengasih. Lihatlah segala sesuatu yang telah dikirimkannya kemari melalui seorang pemuda yang gagah dan tampan. Pemuda itu berpesan: 'Bila Habib pulang, katakanlah kepadanya, bila engkau melipatgandakan jerihpayahmu maka Kami akan melipatgandakan upahmu.'”
Habib terheran-heran.
“Sungguh menakjubkan! Baru sepuluh hari aku bekerja, sudah sedemikian banyak imbalan yang dilimpahkan-Nya kepadaku, apa pulalah yang akan dilimpahkan-Nya nanti?”
Sejak saat itu Habib memalingkan wajahnya dari segala urusan dunia dan membaktikan dirinya untuk Allah semata-mata.

KEAJAIBAN-KEAJAIBAN HABIB


Pada suatu hari seorang wanita tua datang kepada Habib, merebahkan dirinya di depan Habib dengan sangat memelas hati.
:Aku mempunyai seorang  putera yang telah lama pergi meninggalkan ku. Aku tidak sanggup lebih lama lagi terpisah daripadanya, berdoalah kepada Allah,” mohonnya kepada Habib. “Semoga berkat doamu, Allah mengembalikan puteraku itu kepada ku.”
“Adakah engkau memiliki uang?” tanya Habib kepada wanita tua itu.
“Aku mempunyai dua dirham,” jawabnya.
“Berikanlah uang tersebut kepada orang-orang miskin!.”
Kemudian Habib membaca sebuah doa lalu ia berkata kepada wanita itu : “Pulanglah, puteramu telah kembali.”
Belum lagi wanita itu sampai ke rumah, dilihatnya sang putera telah ada dan sedang menantikannya.
“Wahai! Anak ku telah kembali!” wanita itu berseru. Kemudian dibawanya puteranya itu menghadap Habib.
“Apakah yang telah engkau alami?” tanya Habib kepada putera wanita itu.
“Aku sedang berada di Kirmani, guruku menyuruhku membeli daging. Ketika daging itu telah kubeli dan aku hendak pulang ke guruku, tiba-tiba bertiuplah angin kencang, tubuhku terbawa terbang dan terdengar oleh ku sebuah suara yang berkata : “Wahai angin, demi doa Habib dan dua dirham yang telah disedekahkan kepada orang-orang miskin, pulangkanlah ia ke rumahnya sendiri.

ooooOOOOoooo

Pada tanggal 8 Zulhijjah, Habib kelihatan di kota Bashrah dan pada keesokan harinya di Padang Arafah. Di waktu yang lain, bencana kelaparan melanda kota Bashrah. Karena itu, dengan berhutang Habib membeli banyak bahan-bahan pangan dan menbagi-bagikannya kepada orang-orang miskin. Setiap hari Habib menggulung kantong uangnya dan menaruhnya di bawah lantai. Apabila para pedagang datang untuk menagih hutang, barulah kantong itu dikeluarkannya. Sungguh ajaib, ternyata kantong  itu sudah penuh dengan kepingan-kepingan dirham. Dari situ dilunasinya semua hutang-hutangnya.

ooooOOOOoooo

Rumah Habib terletak di sebuah persimpangan jalan di kota Bashrah. Ia mempunyai sebuah mantel bulu yang selalu dipakainya baik di musim panas maupun di musim dingin. Sekali peristiwa, ketika Habib hendak bersuci, mantel itu dilepaskannya dan dengan seenaknya dilemparkannya ke atas tanah.
Tidak berapa lama kemudian Hasan al-Bashri lewat di tempat itu. Melihat mantel Habib yang tergeletak di atas jalan, ia bergumam : “Dasar Habib seorang Barbar, tak peduli berapa harga mantel bulu ini! Mantel yang seperti ini tidak boleh dibiarkan saja di tempat ini, bisa-bisa hilang nanti.”
Hasan berdiri di tempat itu, untuk menjaga mantel tersebut. Tidak lama kemudian Habib pun kembali.
“Wahai, Imam kaum Muslimin,” Habib menegur Hasan setelah memberi salam kepadanya, “Mengapakah engkau berdiri di sini?”
“Tahukah engkau bahwa mantel seperti ini tidak boleh ditinggalkan di tempat begini? Bisa-bisa hilang. Katakan, kepada siapakah engkau menitikan mantel ini?”
“Ku titipkan kepada Dia, yang selanjutnya menitipkannya kepada mu,” jawab Habib.
Pada suatu hari Hasan berkunjung ke rumah Habib. Kepadanya Habib menyuguhkan dua potong roti gandum dan sedikit garam. Hasan sudah bersiap-siap hendak menyantap hidangan itu, tetapi seorang pengemis datang dan Habib menyerahkan kedua potong roti beserta garam itu kepadanya.
Hasan terheran-heran lalu berkata : “Habib, engkau memang seorang manusia budiman. Tetapi alangkah baiknya seandainya engkau memiliki sedikit pengetahuan. Engkau mengambil roti yang telah engkau suguhkan ke ujung hidung tamu lalu memberikan semuanya kepada seoang pengemis. Seharusnya engkau memberikan sebagian kepada si pengemis dan sebagian lagi kepada tamu mu.”
Habib tidak memberikan jawaban.
Tidak lama kemudian seorang budak datang sambil menjunjung sebuah nampan. Di atas nampan tersebut ada daging domba panggang, panganan yang manis-manis dan uang lima ratus dirham perak. Si budak menyerahkan nampan tersebut ke hadapan Habib. Kemudian Habib membagi-bagikan uang tersebut kepada orang-orang miskin dan menempatkan nampan tersebut di samping Hasan.
Ketika Hasan mengenyam daging panggang itu, Habib berkata kepadanya : “Guru, engkau adalah seorang manusia budiman, tetapi alangkah baiknya seandainya engkau memiliki sedikit keyakinan. Pengetahuan harus disertai dengan keyakinan".

oooOOOOooo

Pada suatu hari ketika perwira-perwira Hajjaj mencari-cari Hasan, ia sedang bersembunyi di dalam pertapaan Habib.
“Apakah engkau telah melihat Hasan pada hari ini?” tanya mereka kepada Habib.
“Ya, aku telah melihatnya,” jawab Habib.
“Di manakah Hasan pada saat ini?”
“Di dalam pertapaan ini.”
Para perwira tersebut memasuki pertapaan Habib dan mengadakan penggeledahan, namun mereka tidak berhasil menemukan Hasan.
“Tujuh kali tubuhku tersentuh oleh mereka.” Hasan mengisahkan,” namun mereka tidak melihat diriku.”
Ketika hendak meninggalkan pertapaan itu Hasan mencela Habib “ “Habib, engkau adalah seorang murid yang tidak berbakti kepada guru. Engkau telah menunjukan tempat persembunyianku.”
“Guru, karena aku berterus-terang itulah engkau dapat selamat. Jika tadi aku berdusta, niscaya kita berdua sama-sama tertangkap.”
“Ayat-ayat apakah yang telah engkau bacakan sehingga mereka tidak melihat diriku?”, tanya Hasan.
“Aku membaca Ayat Kursi sepuluh kali, Rasul Beriman sepuluh kali, dan Katakanlah Allah itu Esa, sepuluh kali. Setelah itu aku berkata : “Ya Allah, telah kutitipkan Hasan kepada-Mu dan oleh karena itu jagalah dia.”

ooooOOOOoooo

Suatu ketika Hasan ingin pergi ke suatu tempat. Ia lalu menyusuri tebing-tebing sungai Tigris sambil merenung-renung. Tiba-tiba Habib muncul di tempat itu.
“Imam, mengapa engkau berada di sini?”, habib bertanya.
“Aku ingin pergi ke suatu tempat namun perahu belum juga tiba,” jawab Hasan.
“Guru, apakah yang telah terjadi terhadap dirimu? Aku telah memperlajari segala hal yang ku ketahui dari dirimu. Buanglah rasa iri kepada orang-orang lain dari dalam dadamu. Tutuplah matamu dari kesenangan-kesenangan dunia. Sadarilah bahwa penderitaan adalah sebuah karunia yang sangat berharga dan sadarilah bahwa segala urusan berpulang kepada Allah semata-mata. Setelah itu turunlah dan berjalanlah di atas air.
Selesai berkata demikian Habib menginjakkan kaki ke permukaan air dan meninggalkan tempat itu. Melihat kejadian ini, Hasan merasa pusing dan jatuh pingsan. Ketia ia siuman orang-orang bertanya kepadanya : “Wahai imam kaum Muslim, apakah yang telah terjadi terhadap dirimu?”
“Baru saja muridku Habib mencela diriku, setelah itu ia berjalan di atas air dan meninggalkan diriku sedang aku tidak dapat berbuat apa-apa. Jika di Akhirat nanti sebuah suara menyerukan : “Laluilah jalan yang berada di atas api yang menyala-nyala’ sedang hatiku masih lemah seperti sekarang ini, apakah dayaku?”
Di kemudian hari Hasan bertanya kepda Habib : “Habib, bagaimana engkau mendapatkan kesaktian-kesaktian itu?”
Habib menjawab :”Dengan memutihkan hatiku sementara engkau menghitamkan kertas.”
Hasan berkata : “ Pengetahuan ku tidak memberi manfaat kepada diriku sendiri, tetapi kepada orang lain..."
----------


Sumber : Kitab Tadzkirotul Auliya "Warisan Para Wali Allah" Karya Fariduddin At Tar.

Antara Takut, Cinta, dan Bahagia



Dari Abi Al Faidh Dzun Nun Al Misri, ia bernama Tsauban bin Ibrahim. Adapula yang berpendapat bahwa ia adalah Al Faidh bin Ibrahim. Ibrahim adalah seorang yang berbangsa Sudan (Nubiy). Dia merupakan satu-satunya orang paling alim, wara', berperadaban tinggi dan berakhlak mulia ( di daerah dan zamannya). Dzun Nun berbadan kurus berkulit agak kemerahan dan berjenggot yang tidak memutih itu, wafat pada tahun 245 H. Dia berkata dalam maqalahnya sebagai berikut:

"Setiap orang yang takut dari sesuatu, akan lari menjauhinya. Setiap orang yang menyukai sesuatu, tentu dia akan mencarinya, dan setiap orang yang nyaman bersama Allah, tentu dia merasa asing dengan makhluk."

Yakni orang yang takut dari sesuatu, akan lari menjauhinya. Oleh sebab itu, orang yang takut siksa, tentu ia akan berbuat kebaikan agar terjauh dari siksa itu.

Setiap orang yang menyukai sesuatu, tentu dia akan mencarinya. Maka orang yang suka syurga, tentu ia melakukan kebaikan yang dapat mendekatkan dan masuk ke dalam syurga.

Dan orang yang merasa tenteram dan damai dengan Allah, Akan merasa asing bersama manusia. Dalam naskah lain, bahkan dia merasa asing dengan dirinya sendiri.

Dikutip dari kitab Nashoihul 'Ibaad (Nasihat buat hamba Allah) Karya Syeikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al Jawi

Jumat, 27 November 2015

TIGA PERKARA PENGUSIR KEGELISAHAN



Sebagian Hukama berkata;
“Tiga perkara dapat menghilangkan kegelisahan, yaitu Mengingat Allah (Zikir kepada Allah), menjumpai wali-wali Allah, mutiara hikmah orang-orang bijak.”

Mengingat Allah dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memperbanyak tahlil (laailaah illallaah), Hauqallah (laa hau la wa laa quwwata illaa billaah) , atau dengan munajat seraya membaca;

“Wahai Tuhan, Penolong orang merana, yang menyeru/meminta tolong kepadaNya, wahai Tuhan yang mengabulkan setiap doa orang terjepit kesengsaraan, wahai Tuhan yang Maha Bijaksana terhadap setiap orang yang bersalah dan durhaka, wahai Tuhan yang mencukupi setiap orang yang mementingkan urusan Tuhannya daripada urusan dunianya, saya memohon kepadaMu untuk dapat mencapai sesuatu yang tidak mungkin dapat aku capai tanpa pertolonganMu, untuk dapat menolak sesuatu yang tidak akan mampu aku menolaknya tanpa kekuatanMu dan aku memohon kepadaMu kebaikan yang penuh sejahtera dan kesejahteraan yang penuh dengan kebaikan, berkah rahmatMu wahai Tuhan yang Maha Pengasih di atas semua para pengasih..”.


Para Hukama dimaksud adalah dokter jiwa, para wali pengobat hati. Adapun para wali Allah, dimaksud adalah para ulama dan orang-orang sholeh. Ucapan hukama ialah petuah mereka yang berisi petunjuk dan kebaikan dunia dan Akhirat.

Dikutip dari kitab Nashoihul 'Ibaad Karya Syeikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al Jawi

INNALILLAAH... MAKAM IMAM NAWAWI DIHANCURKAN...

Gambar ; Makam Imam Nawawi dihancurkan... Astaghfirullaah

Ekstremis Wahhabi yang tergabung dalam kelompok Jabhat an-Nushrah membongkar dan meledakkan makam Imam Nawawi di Kota Nawa, Provinsi Dara`a Suriah pada hari Rabu 07/01/2015. Mereka menggunakan bahan peledak berjumlah besar yang menyebabkan kerusakan sebagian besar makam.

Peledakan tersebut berawal dari fatwa Amir Jabhat an-Nushrah yang menyatakan makam Imam Nawawi akhir-akhir ini semakin sering dikunjungi . Sebelumnya mereka juga menghancurkan makam para wali dan sahabat Nabi di Suriah, bahkan membakar makam sahabat Jakfar at-Thayyar di Jordan.




Gambar : Makam Imam Nawawi sebelum diledakkan.

Imam Nawawi dan Wahabi

Al-Imam Muhyiddin Abu Zakaria Al-Nawawi lahir dan meninggal di kota Nawa. Beliau salah seorang ulama mujaddid dalam Madzhab Syafi’i, penerus dari keilmuan ulama Salafus sholih.
Karya-karya Imam Nawawi selalu menjadi rujukan umat Islam selama berabad-abad, bahkan kelompok sesat Salafi Wahabi juga mengkaji karya-karya beliau seperti Arba’in Nawawi, Riyadhush Shalihin, Syarh Shahih Muslim. Tapi anehnya kelompok sesat ini menuduh Imam Nawawi bukan Ahlus Sunnah (Liqa al-Bab al-Maftuh, cet. Dar al-Wathan, Riyadl, 1414 H, h. 42).
Layaknya murid durhaka, mereka tidak merasa cukup menuduhnya sesat, mereka pun menghacurkan makam waliyullah tersebut.
Semoga Allah memberi kita keberkahan Imam Nawawi, meninggikan derajat beliau serta membalas musuh-musuh beliau. Aamiin
Ila hadrotil Imamamin Nawawi wa Ila Hadrotin Nabi Shallallahu alayhi wasallam ALFATIHAH..!

Sumber : Santri.net

RIWAYAT SINGKAT IMAM NAWAWI

RIWAYAT SINGKAT IMAM NAWAWI



Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi (الإمام العلامة أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الدمشقي), atau lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i. Ia lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 631 H dan wafat pada tahun 24 Rajab 676 H. Kedua tempat tersebut kemudian menjadi nisbat nama dia,an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia adalah seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits.
Imam Nawawi pindah ke Damaskus pada tahun 649 H dan tinggal di distrik Rawahibiyah. Di tempat ini dia belajar dan sanggup menghafal kitab at-Tanbih hanya dalam waktu empat setengah bulan. Kemudian dia menghafal kitab al-Muhadzdzabb pada bulan-bulan yang tersisa dari tahun tersebut, dibawah bimbingan Syaikh Kamal Ibnu Ahmad.
Semasa hidupnya dia selalu menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, menulis kitab, menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir, sabar atas terpaan badai kehidupan. Pakaian dia adalah kain kasar, sementara serban dia berwarna hitam dan berukuran kecil.

Guru-guru Imam Nawawi

Sang Imam belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud Daim,Imaduddin bin Abdul Karim Al-Harastani, Zainuddin Abul Baqa, Khalid bin Yusuf Al-Maqdisi An-Nabalusi dan Jamaluddin Ibn Ash-Shairafi, Taqiyuddin bin Abul Yusri, Syamsuddin bin Abu Umar. Dia belajar fiqih hadits (pemahaman hadits) pada asy-Syaikh al-Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim bin Isa Al-Muradi Al-Andalusi. Kemudian belajar fiqh pada Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin Abdurrahman bin Nuh dan Izzuddin Al-Arbili serta guru-guru lainnya.

Murid-murid Imam Nawawi

Tidak sedikit ulama yang datang untuk belajar ke Iman Nawawi. Di antara mereka adalah al-Khatib Shadruddin Sulaiman al-Ja’fari,Syihabuddin al-Arbadi, Shihabuddin bin Ja’wan, Alauddin al-Athar dan yang meriwayatkan hadits darinya Ibnu Abil Fath, Al-Mazi dan lainnya.

Karya

Imam Nawawi meninggalkan banyakkarya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, diantaranya: Dalam bidang hadits:
·         Al-Arba'in An-Nawawiyah (الأربعين النووية), kumpulan 40 -tepatnya 42- hadits penting.
·         Riyadhus Shalihin (رياض الصالحين),   kumpulan hadits mengenai etika, sikap dan tingkah laku yang saat ini banyak digunakan di dunia Islam.
·         Al-Minhaj (Syarah Shahih Muslim), (شرح صحيح مسلم), penjelasan kitab Shahih Muslim bin al-Hajjaj
·         At-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir. (التقريب والتيسير لمعرفة سنن البشير النذير), pengantar studi hadits.
Dalam bidang fiqih:
·         Minhaj ath-Thalibin (منهاج الطالبين وعمدة المفتين في فقه الإمام الشافعي).
·         Raudhatuth Thalibin,
·         Al-Majmu` Syarhul Muhadzdzab (المجموع شرح المهذب), panduan hukum Islam yang lengkap.
·         Matn al-Idhah fi al-Manasik (متن الإيضاح في المناسك), membahas tentang haji.
Dalam bidang bahasa:
·         Tahdzibul Asma’ wal Lughat.
Dalam bidang akhlak:
·         At-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran (التبيان في آداب حملة القرآن).
·         Bustanul Arifin,
·         Al-Adzkar (الأذكار المنتخبة من كلام سيد الأبرار), kumpulan doa Rasulullah.[5]
Dan lain-lain:
·         Tahdzib al-Asma (تهذيب الأسماء).
·         Ma Tamas Ilaihi Hajah al-Qari li Shahih al-Bukhari (ما تمس إليه حاجة القاري لصـحيح البـخاري).
·         Tahrir al-Tanbih (تحرير التنبيه).
·         Adab al-Fatwa wa al-Mufti wa al-Mustafti (آداب الفتوى والمفتي والمستفتي).
·         At-Tarkhis bi al-Qiyam (الترخيص بالقيام لذوي الفضل والمزية من أهل الإسلام).

Catatan kaki

Ia digelari sebagai Muhyiddin (yang menghidupkan agama) namun ia membenci gelar ini karena rendah hati (tawadhu’). Diriwayatkan bahwa dia berkata: “Aku tidak akan memaafkan orang yang menggelariku Muhyiddin.” Hal ini dikarenakan Islam adalah agama yang hidup dan kokoh, tidak memerlukan orang yang menghidupkannya sehingga menjadi hujjah atas orang-orang yang meremehkannya atau meninggalkannya.


 Sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia

ANTARA PENGARUH SYAHWAT DAN SABAR

ANTARA PENGARUH SYAHWAT DAN SABAR



Ada yang mengatakan bahwa syahwat itu dapat membuat raja menjadi hamba, sementara kesabaran dapat membuat seseorang hamba menjadi raja. Bukankah anda telah mendengar kisah Nabi Yusuf as dan Siti Zulaikha?

Raja yang memperturutkan hawa nafsunya, maka dia menjadi budak hawa nafsunya yang akan menghancurkannya itu. Karena orang yang senang terhadap sesuatu, maka dia akan menjadi hamba sesuatu yang disenanginya itu. Sementara kesabaran akan mengantarkan seorang hamba menjadi raja. Karena dengan ketabahan dan kesabaran seorang hamba dapat meraih apa yang diinginkannya.

Tidakkah anda mengetahui kisah Nabi Yusuf as dan Zulaikha yang amat mencintai Nabi Yusuf as. Namun Nabi Yusuf as mampu menghadapi segala bujuk rayu dan tipu daya Zulaikha yang selalu berusaha merebut hatinya.

Dikutip dari kitab Nashoihul 'Ibaad Karya Syeikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al Jawi

Kamis, 26 November 2015

ANTARA ORANG MULIA DAN ORANG BIJAKSANA

ANTARA ORANG MULIA DAN ORANG BIJAKSANA



Dari Yahya bin Mu’adz ra , ia berkata, ”Orang mulia tidak berani berbuat durhaka kepada Allah dan orang bijaksana tidak akan memprioritaskan urusan dunia atas akhirat”.


Yakni, orang yang mulia adalah orang yang baik laku lampahnya. Dia memuliakan dirinya dengan ketakwaan dan waspada dari kemaksiatan. Sementara orang yang bijaksana adalah orang yang benar tingkah lakunya. Dia senantiasa menghindarkan dirinya dari perbuatan yang berlawanan dengan akal sehat.

Dikutip dari kitab Nashoihul 'Ibaad Karya Syeikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al Jawi

TIGA KEKELIRUAN DALAM BERSIKAP YANG MEMBUAT TERSESAT, MELARAT DAN TERHINA


Dari sebagian Hukama berkata;
“Barangsiapa berpegang teguh pada akalnya semata, niscaya dia akan tersesat; barangsiapa mencari kecukupan melalui harta bendanya, niscaya dia akan menjadi kekurangan, dan barangsiapa yang mencari kemuliaan dari makhluk, niscaya dia akan terhina.”


Yakni, orang yang hanya mengandalkan pada akalnya dalam berbagai urusannya, tanpa berpegang teguh kepada tali Allah dan mohon bimbingan-Nya menuju kebenaran, niscaya dia menjadi sesat. Dan orang yang merasa cukup dengan hartanya saja, tentu hal itu tidak akan dapat mencukupinya. Karena yang member kecukupan dan kekayaan itu adalah Allah SWT. Dalam sebuah hadits disebutkan, ‘Barangsiapa merasa cukup dengan Allah, maka Dia akan member kekayaan kepadanya.”

Dikutip dari kitab Nashoihul 'Ibaad Karya Syeikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al Jawi

Antara Mengenal Diri Sendiri dan Mengenal Allah SWT


Sebagian Hukama berkata, "Barangsiapa yang mengira, dirinya mempunyai penolong yang lebih baik daripada Allah, maka baru sedikit ia mengenali Allah. Dan barangsiapa mengira mempunyai musuh yang lebih kejam dibandingkan nafsunya, berarti ia baru sedikit mengenal dirinya sendiri."

Hukama yang dimaksud adalah para dokter hati atau para wali Allah. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa orang yang menduga dia memiliki penolong yang lebih dekat kepada dirinya daripada Allah dan lebih banyak menolong terhadap dirinya, berarti dia belum mengenal Allah SWT. Sementara orang yang mengira bahwa dirinya mempunyai musuh  yang lebih kuat daripada keganasan hawa nafsu ammarah dan lawwamah yang bersarang dalam dirinya, berarti dia belum mengenal dirinya sendiri.

Dikutip dari kitab Nashoihul 'Ibaad Karya Syeikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al Jawi

Malik Bin Dinar

 

MALIK BIN DINAR


Malik bin Dinar al-Sami’ adalah putera seorang budak berbangsa Persia dari Sijistan (Kabul) dan menjadi murid Hasan al-Bashri. Ia terhitung sebagai ahli Hadits Shahih dan merawikan Hadits dari tokoh-tokoh kepercayan di masa lampau seperti Anas bin Malik dan Ibnu Sirin.
Malik bin Dinar adalah seorang Kaligrafi al-Qur’an yang terkenal. Ia meninggal sekitar tahun 130 H/748 M.

MENGAPA IA DINAMAKAN MALIK BIN DINAR DAN BAGAIMANA IA SAMPAI BERTAUBAT

Ketika Malik dilahirkan, ayahnya adalah seorang budak tetapi Malik adalah seorang yang merdeka. Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Malik bin Dinar menumpang sebuah perahu. Setelah berada di tengah lautan, awak-awak perahu meminta : “Bayar lah ongkos perjalananmu!.”
“Aku tak mempunyai uang.” Jawab Malik.
Awak-awak perahu memukulnya hingga ia pingsan. Ketika Malik siuman, mereka meminta lagi :
”Bayarlah ongkos perjalananmu!.”
“Aku tidak mempunyai uang,” jawab Malik sekali lagi, dan untuk kedua kalinya mereka memukulnya hingga pingsan.
Ketika Malik siuman kembali maka untuk ketiga kalinya mereka mendesak.
“Bayarlah ongkos perjalananmu!.”
“Aku tidak mempunyai uang.”
“Marilah kita pegang kedua kakinya dan kita lemparkan dia ke laut,” pelaut-pelaut tersebut berseru.
Saat itu juga semua ikan di laut mendongakkan kepala meraka ke permukaan air dan masing-masing membawa dua keping dinar emas di mulutnya. Malik menjulurkan tangan, dari mulut seekor ikan diambilnya dua dinar dn uang itu diberikannya kepada awak-awak perahu, Melihat kejadian ini pelaut-pelaut tersebut segera berlutut. Dengan berjalan di atas air, Malik kemudian meninggalkan perahu tersbut. Inilah penyebab mengapa ia dinamakan Malik bin Dinar.
Tentang pertaubatan Malik bin Dinar, kisahnya adalah sebagai berikut. Ia adalah seorang lelaki yang sangat tampan, gemar bersenang-senang dan memiliki harta kekayaan yang berlimpah-limpah. Malik tinggal di Damaskus di mana golongan Mu’amiyah telah membangun sebuha masjid yang besar dan mewah. Malik ingin sekali diangkat sebagai pengurus masjid tersebut. Maka pergilah ia ke masjid itu. Di pojok ruangan masjid itu dibentangkannya sajadahnya dan di situlah ia selama setahun terus menerus melakukan ibadah sambil berharap agar setiap orang akan melihatnya sedang melakukan shalat.
“alangkah munafiknya engkau ini,” ia selalu berkata kepda dirinya sendiri.
Setahun telah berlalu. Apabila hari telah malam. Malik keluar dari masjid itu dan pergi bersenang-senang.
Pada suatu malam ketika ia asedang menikmati musik di kala semua teman-temannya telah tertidur, tiba-tiba dari kecapi yang sedang dimainkannya terdengar sebuah suara : “Malik, mengapakah engkau belum juga bertaubat?” Mendengar kata-kata yang ssangat menggetarkan hati ini, Malik segeralmelemparkan kecapinya dan berlari ke masjid.
“Selama setahun penuh akau telah menyembah Allah secara munafiq,” ia berkata kepada dirinya sendiri. “Bukankah lebih baik jika aku menyembah Allah dengan sepenuh hati? Aku malu. Apakah yag harus ku lakukan? Seandainya orang-orang hendak mengangkatku sebagai pengurus masjid, aku tidak akan mau menerimanya.” Ia bertekad dan berkhusyuk kepada Allah. Pada malam itulah uantuk pertama kalinya shalat dengan sepenuh keikhlasan.
Keesokan harinya, seperti biasa, orang-orang berkumpul di depan masjid.
“Hai, lihatlah dinding masjid telah retak-retak,” mereka berseru. “Kita harus mengangkat seorang pengawas untuk memperbaiki masjid ini.” Maka mereka bersepakat bahwa yang paling tepat menjadi pengawa masjid itu adalah Malik. Segera mereka mendatangi Malik yang ketika itu sedang shalat. Dengan sabar mereka menunggu Malik menyelesaikan shalat-nya.
“Kami datang untuk memintamu agar sudi menerimma pengangkatan kami ini,” mereka berkata.
“Ya Allah,” seru Malik, “Setahun penuh aku menyembah-Mu seara munafik dan tak seorang pun yang memandang diriku. Kini setelah diberikan jiwaku kepada-Mu dan bertekad bahwa aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku, Engaku menyuruh dua puluh orang menghadapku untuk mengalungkan tugas tersebu ke leherku. Demi kebesaran-Mu, aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku ini.”
Malik berlari meninggalkan masjid itu, kemudian menyibukkan diri beribadah kepada Allah, dan menjalani hidup prihatin serta penuh ddisiplin. Ia menjadi seorang yang terhormat dan saleh. Ketika seorang hartawan kota Bashrah meninggal dunia dan ia meninggalkan seorang puteri yang cantik, si puteri mendatangi Tsabit al-Bunani untuk memohon pertolongan.
“Aku ingin menjadi istri Malik,” katanya, “sehingga ia dapat menolongku di dalam mematuhi perintah-perintah Allah.”
Keinginan dari dara ini disampaikan Tsabit kepada Malik.
“Aku telah menjatuhkan thalaq kepada dunia,” jawab Malik.
“Wanita itu adalah milik dunia yang telah ku thalaq, karena itu aku tidak adapt menikahinya.”

MALIK DAN TETANGGANYA YANG UGAL-UGALAN

 Ada seorang pemuda tetangga Malik, tingkah lakunya sangat berandal dan mengganggu ketentraman. Malik sering terganggu oleh tingkah laku si pemuda berandal ini, namun dengan sabar ia menunggu agar ada orang lain yang tampil untuk menegur si pemuda tersebut. Tetapi orang-orang menghadap Malik dengan keluhan-keluhan mereka terhadap si pemuda. Maka pergilah Malik mendatangi pemuda itu dan meminta agar ia merubah tingkah lakunya.
Dengan bandel dan seenaknya si pemuda menjawab : “Aku adalah kesayangan sultan dan tidak seorang pun dapat melarang atau mencegahku untuk berbuat sekehendak hatiku.”
“Aku akan mengadu kepada sultan,” Malik mengancam.
“Sultan tidak akan mencela diriku,” jawab di pemuda. “Apa pun yang ku lakukan, sultan akan menyukainya.”
“Baiklah, jika sultan tidak dapat berbuat apa-apa,” Malik meneruskan ancamannya, “aku akan mengadu kepada Yang Maha Pengasih,” sambil menunjuk ke atas.
“Allah?”, jawab si pemuda. “Ia terlampau Pengasih untuk menghukum diri ku ini.”
Jawaban ini membuat Malik bungkam, tak dapat mengatakan apa-apa. Si pemuda ditinggalkannya. Beberapa hari berlalu dan tingkah si pemuda benar-benar telah melampaui batas. Sekali lagi Malik pergi untuk menegur si pemuda, tetapi di tengah perjalanan Malik mendengar seruan yang ditujukan kepadanya :
“Jangan engkau sentuh sahabat-Ku itu!.”
Masih dalam keadaan terkejut dan gemetar Malik menjumpai si pemuda.
Melihat kedatangan Malik, si pemuda menyentak : “Apa pulakah yang telah terjadi sehingga engkau datan ke sini untuk ke dua kalinya?”
Malik menjawab : “Kali ini aku datang bukan untuk mencela tingkah laku mu. Aku datang semata-mata untuk menyampaikan kepadamu bahwa aku teah mendengar seruan yang mengatakan .....”
Si pemuda berseru : “Wahai! Kalau begitu halnya, maka gedungku ini akan kujadikan sebagai tempat untuk beribadah kepada-Nya. Aku tidak peduli lagi dengan semua harta kekayaanku ini.”
Setelah berkata demikian ia pun pergi dan meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya dan memulai pengembaraan di atas dunia ini.
Malik mengisahkan bahwa beberapa lama kemudian di kota Mekkah ia bertemu dengan pemuda tersebut dalam keadaan terlunta-lunta menjelang akhir hayatnya.
“Ia adalah sahabatku” si pemuda berkata dengan terengah-engah. “Aku akan menemui sahabatku.” Setelah berrkata demikian ia lalu menghembuskan nafasnya yang terakhir.

MALIK DAN HIDUP BERPANTANGNYA

Telah bertahun-tahun bibir Malik tidak dilewati makanan yang manis maupun yang asam. Setiap malam ia pergi ke tukang roti dan membeli dua potong roti untuk membuka puasanya. Kadan-kadang roti yang dibelinya itu masih terasa hangat, dan ini menghibur hatinya dan dianggapnya sebagai perangsang selera.
Pada suatu hari Malik jatuh sakit dan ia sangat ingin memakan daging. Sepuluh hari lamanya keinginan itu dapat ditandasnya. Swaktu ia tidak dapat bertahan lebih lama lagi, maka pergilah ia ke toko makanan untuk membeli dua tiga potong kaki domba dan menyembunyikan kaki domba tersebut di lengan bajunya.
Si pemilik toko menyuruh seorang pelayannya membuntuti Malik untuk menyelidiki apa yang hendak dilakukannya. Tidak berapa lama kemudian si pelayan kembali dengan air mata berlinang. Si pelayan memberikan laporannya :  “Dari sini ia pergi ke sebuah tempat yang sepi. Di tempat itu dikeluarkannya kaki-kaki domba itu, diciumnya dan ia berkata kepada dirinya sendiri. “Lebih dari pada ini bukanlah hakmu.” Kemudian diberikannya roti dan kaki-kaki domba tersebut kepada seorang pengemis. Kemudian ia berkata pula kepada dirinya sendiri : “Wahai jasmani yang lemah, jangan kau sangka bahwa aku menyakitimu karena benci kepadamu. Hal ini ku lakukan agar pada Hari Berbangkit nanti, engkau tidak dibakar di dalam api neraka. Bersabarlah beberapa hari lagi, karena pada saat itu godaan ini mungkin telah berhenti dan engkau akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi.”
Pada suatu ketika Malik bin Dinar berkata : “Aku tidak mengerti apakah maksudnya ucapan : “Bila seseorang tidak memakan daging  selama empat puluh hari maka kecerdasan akalnya akan berkurang! Aku sendiri tidak pernah makan daging selama dua puluh tahun, tetapi kian lama kecerdasan akalku makin bertambah juga.”
Selama empat puluh tahun Malik tinggal di kota Bashrah dan selama itu pula ia tidak pernah memakan buah korma yang segar. Apabila musim korma tiba, ia berkata : "Wahai penduduk kota Bashrah,  saksikanlah betapa perutku tidak menjadi kempis karena tidak memakan buah korma dan betapa perut kalian tidak gembung karena setiap hari memakan buah korma.”
Namun setelah empat puluh tahun lamanya, batinnya diserang kegelisahan. Betapapun usahanya namun keinginannya untuk memakan buah korma segar tidak dapat ditindasnya lagi. Akhirnya setelah beberapa hari berlalu, keinginan tersebut kian menjadi-jadi walaupun tak pernah di kabulkannya, dan Malik akhirnya tak berdaya untuk menolak desakan nafsu itu.
“Aku tidak mau memakan buah korma,” ia menyangkal keinginannya sendiri.” Lebih baik aku di bunuh atau mati.”
Malam itu terdengarlah suara yang berrkata : “Engkau harus memakan buah korma. Bebaskan jasmanimu dari kungkungan,”
Mendengar suara ini jasmaninya yang merasa memperoleh kesempatan itu mulai menjerit-jerit.
“Jika engkau menginginkan buah kurma,” Malik menyentak, “Berpuasalah terus menerus selama satu minggu dan sholatlah sepanjang malam, setelah itu barulah akan kuberikan buah kurma kepadamu.”
Ucapan ini membuat jasmaninya senang. Dan seminggu penuh ia shalat sepanjang malam dan berpuasa setiap hari. Setelah itu ia pergi ke pasar, membeli beberapa buah kurma, kemudian pergi ke masjid untuk memakan buah korma tersebut di atas.
Tetapi dari loteng sebuah rumah, seorang bocah berseru : “Ayah! Seorang Yahudi membeli kurma dan hendak memakannya di dalam masjid.”
“Apa pula yang hendak dilakukan Yahudi itu di dalam masjid?” si ayah menggerutu dan begegas untuk melihat siapakah Yahudi yang dimaksud anaknya itu. Tetapi begitu melihat Malik, ia lantas berlutut.
‘Apakah artinya kata-kata yang diucapkan anak itu?” Malik mendesak.
“Maafkan lah ia guru,” si ayah memohon, “Ia masih anak-anak dan tidak mengerti. Di sekitar ini banyak orang-orang Yahudi. Kami selalu berpuasa dan anak-anak kami menyaksikan beberapa orang-orang Yahudi makan di siang hari. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa setiap orang yang makan di siang hari adalah seorang Yahudi. Apa-apa yang telah diucapkannya, adalah karena kebodohannya. Maafkan lah dia.”
Mendengar penjelasan tersebut Malik sangat menyesal. Ia menyadari bahwa anak itu telah di dorong Allah untuk mengucapkan kata-kata itu.
“Ya Allah,” seru Malik, “sebuah korma pun belum sempat ku makan dan Engkau menyebutku Yahudi melalui lidah seorang anak yang tak berdosa. Seandainya kurma-kurma ini sempat termakan oleh ku niscaya Engkau akan menyatakan diriku sebagai seorang kafir. Demi kebesaran-Mu aku bersumpah tidak akan memakan buah korma untuk selama-lamanya.

 Sumber : Kitab Tadzkirotul Auliya "Warisan Para Auliya" Karya Fariduddin Attar.

Catt:
Daging dan buah kurma merupakah makanan halal dan boleh di makan oleh setiap muslim, sepanjang didapat dengan cara yang benar. Bagi sebagian Wali Allah yang ingin atau sudah mencapai tingkat tinggi (Muqorrobin (di atas orang sholeh), hal ini dianggap bisa menghizab dia dari kedekatan kepada Allah, sekalipun halal. Sebagaimana ada keterangan menyebutkan bahwa, "Kebaikan orang sholeh, bisa jadi merupakah kejahatan bagi orang Muqorrobin". Sebagaimana halnya orang awam juga yang meninggalkan sholat tahajjud yang merupakan hal yang tidak berdosa, tetapi bisa 'dianggap berdosa' oleh orang sholeh atau orang-orang yang sedang berjihad jika ditinggalkan (sholat tahajjudnya).

Namun tidak semua para Wali Allah tingkat tinggi meninggalkan dari memakan daging dan kurma, ini berkaitan dengan setiap orang mempunyai kesukaan dan kelebihan masing-masing. Mungkin bagi Malik bin Dinar, daging dan kurma adalah makanan yang sangat di sukai nafsunya sehingga harus menyakitkan nafsu nya dalam rangka memerangi nafsu, tetapi bagi sebagian wali lainnya, daging dan kurma hanyalah makanan biasa saja dan tidak begitu disukai nafsu nya...

Walloohu a'lam bish-showab... Kisahteladan313.

Tags:
Kisah malik bin dinar, cerita malik bin dinar, riwayat malik bin dinar, kisah sufi malik bin dinar, asal usul malik bin dinar, cerita sufi malik bin dinar, kisah teladan malik bin dinar, kisah teladan sufi, kisah teladan tabi'in, kisah teladan orang sholeh, kisah teladan wali Allah, kisah teladan para wali, kumpulan kisah teladan, kisah malik bin dinar - full, kisah malik bin dinar karya fariduddin attar, warisan para auliya, warisan para auliya - malik bin dinar, tadzkirotul auliya - malik bin dinar, kisah ringkas malik bin dinar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More